Pastikan memory, batere sudah tersedia dengan baik, dan bersihkan lensa dengan tisu kering supaya tidak kotor hasil pengambilan gambarnya. Ketika shooting biasanya memakai dua kamera, atau tiga termasuk untuk dokumentasi an bisa menjadi karya Behind The Scene (BTS). Juga siapkan peralatan pendukung lainnya seperti tripod, slider, jib crane, dan lain sebagainya sesuai dengan rencana shooting yang biasanya berupa breakdown. Dan breakdown mengacu kepada storyboard atau shot list.
Kualitas sebuah gambar sangat dipengaruhi oleh tata cahaya, maka dalam tata kamera membutuhkan campur tangan seorang gaffer. Ada main light cahaya utama, ada fill light sebagai pengisi cahaya yang internsitas warnanya lebih turun daripada mainlight, dan ada back light untuk membuat kontras antara latar dengan pemeran. Cahaya harus terukur dan bisa dikendalikan, maka butuh cutterlight untuk mengurangi cahaya yang berlebih, membuat bayangan, dan filter atau mood cahaya yang sesuai tema. Tapi ketika hasil tangkapan kamera terlalu putih atau over kelibhan cahaya, maka ISO kamera harus diturunkan jangan terlalu tinggi, misal 100 sampai 400 saja, misalnya. Kalau ISO terlalu besar maka akan mengakibtakan, gambar menjadi berbintik-bintik yang disebut grain.
Kamera sebaiknya sering berada di atas tripod, sebaik mungkin kamera tidak goyah, walau dibawa jalan, bisa menggunakan alat yang beroda. Dan ketika shooting harus disesuaikan dengan storyboard dan maping. Pemilihan lensa pun harus disesuaikan dengan titik fokusnya, apakah ada sisi yang blur, atau semua terlihat jelas. Video hasil rekaman satu adegan (shot) bisa ditake berulang-ulang sampai mendapatkan hasil yang bagus. Juga bisa memakai lebih dari satu kamera untuk mendapatkan angle (sudut pandang) yang baik dalam satu adegan, juga sebagai vareasi supaya pilihannya banyak. Harus dipikirkan juga secara kreatif sambungan antar adegan atau antar scene (transisinya). Maka diperlukan rekaman suasana ruangan, atau detil menarik di sekitar lokasi adegan (scene). Selain tripod bisa menggunakan, slider, jib crane, dan teknik lainnya.
Pastikan titik fokus dari kamera, apakah harus tertangkap jelas semua, atau hanya fokus pada titik tertentu, lainnya bokeh. Semua itu bisa tergambar dalam storyboard atau shot list. Selain sesuai breakdown kamera atau storyboard juga harus sesuai maping yang dibuat sesaui lokasi shooting. Jangan sampai pergerakan dua kamera saling bertabrakan, memanfaatkan posisi terbaik. Semua peralatan kamera maupun crew lain, dan hal yang tidak semestinya muncul pada frame, artinya hasil rekaman bocor.
Hasil report tata kamera, bagus tidaknya sebuah footage (video/gambar/picture) hasil rekaman, bakal mempercepat pengerjaan ketika proses editing. Ketika proses editing dibuat secara tim semua harus saling membantu, dan mendukung dengan cara menghadiri proses editing atau membantu eding menjadi lebih bagus. Misalnya dengan menambahkan visual efek atau grafis.
Semua pergerakan kamera dari mulai merekam sampai menghentikan kamera harus sesuai prosedur tepatnya mengikuti aba-aba dari sutradara. Pertama yang akan diminta menyalakan alat adalah crew tata suara (AUDIO), dan crew tata Suara akan menjawab SPEED atau ROLLING, baru kemudian sutradara memanggil crew tata kamera (KAMERA), dan crew tata kamera kana menjawab ROLLING. Kamera dinyalakan emudian sutradara akan memerintahkan clapper untuk masuk ke frame kamera dengan perinta SLATE IN atau READ SLATE, claper akan membacakan angka-angka yang ada pada clapper, setelah itu dalam hitungan dua detik harus keluar dari frame. Dan kalau semua sudah siap, dan kondisi sudah oke, maka sutradara akan memerintahkan AND.... ACTION! Sutradra akan mengawasi semua, terutama pergerakan kamera dan objek yang direkam sebelum memerintahkan semua crew menyetop rekaman tanda selesainya satu take dengan perintah CUT!
Ok, sobat multimedia begitu saja pembahasan tentang tata kamera ketika shooting sesuai prosedurnya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar