Ketika ada workshop gratis, bahkan diberikan fasilitas transportasi atau akomodasi, malah dapat uang saku. Itu adalah kesempatan terbaik. Alhamdulillah, saya pernah mencoba mendaftar dan ikut Workshop Perfilman Tingkat Menengah, seru dan banyak pengalaman berharga yang bisa dibagikan ke sekitar, tapi kadang harus dengan syarat membuat artikel. Jadi jangan ragu tulis saja. Mau contoh?
Di sinilah saya mulai meraba-raba soal pembuatan film, selain mengajak anak kompetensi multimedia dari kelas X untuk berkarya film, juga dengan ekskul teater yang tidak hanya soal teater panggung, malah karya film pendek pun sudah rajin dibuat anak-anak, ini bisa dilihat di channel Youtube-nya yaitu Texaz Magz. Dari mulai membuat film dengan hape, sampai-sampai hape saya jarang ada di tangan saya karena dipinjam siswa untuk mebuat film. Dan editing juga masih dengan komputer dengan spek yang kurang memadai, tapi saya yakin tahun ajaran baru komputer 64 bit dengan spke multimedia akan hadir. Dari mulai bernama Teater 47, karena sekolahnya berada di Jl. By Pass Kertasemaya 47, menonton bersama film yang selesai dibuat di kelas, sampai membuat bioskop-bioskopan, dengan cara sederhana menyulap kelas menjadi bioskop.
Dari Bioskop Gratis sampai jualan tiket. Dan sempat pula mengadakan acara nonton bareng dengan mengudang sutradara film IQRO datang ke sekolah. Malah sang sutradara mengundang saya dan murid yang aktif membuat film untuk menginap di masjid Salman, yang nantinya bakal ada sharing secara langsung soal film. Tapi sayangnya banyak kendala untuk mewujudkan ini, karena masalah klasik yang umum terjadi di keluarga di pedesaan…
Sekarang sudah menginjak angkatan kedua untuk kompetensi multimedia sekaligus ekskul yang dirubah namanya Antzerki 47… Kamera di sekolah sudah muali ada… Tapi masih saja ada yang kurang yaitu ilmu dasar dalam pembuatan film yang baik dan benar… Maka saya selalu menantikan workshop yang diadakan oleh Pusbang Film (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Pengembangan Perfilman) untuk workshop soal film tentunya, karena saya ingin mempunyai dasar yang baik tentang perfilman, tidak hanya meraba-raba saja, atau mendapat dari tutorial semata dari internet saja. Tutor atau pengajar yang disiapkan oleh Litbang Film selalu yang terbaik kalau saya amati dengan mengikuti jejaringnya baik di FB maupun Instagram. Apalagi bidang artistik, tata kamera, tata suara, dan editing wah ini sangat menarik sekali. Saya yakin dengan mengikuti workshop perfilman tingkat dasar ini maka saya bisa mengajarkan sekaligus menularkan pembuatan film dengan basic yang lebih baik, lebih dalam, dan lebih detil lagi. Apalagi bisa bertemu pembuat film atau calon pembuat film dari seluruh
nusantara, wah itu adalah nilai yang tidak terkira. Insya Allah, Indramayu yang selama ini belum ada Festival Filmnya bisa membuatnya karena ada yang menyebarkan dasar filmnya dengan benar. Saya salah satu yang berada di lngkungan pendidikan SMK sekaligus penggiat teater atau film di sekolah bila ikut workshop ini selain ingin bisa berkarya juga ingin mendorong serta mengajak orang-orang di sekitar atau masyarakat Indramayu untuk membuat film yang baik dengan teknik yang benar.
Sekarang sudah menginjak angkatan kedua untuk kompetensi multimedia sekaligus ekskul yang dirubah namanya Antzerki 47… Kamera di sekolah sudah muali ada… Tapi masih saja ada yang kurang yaitu ilmu dasar dalam pembuatan film yang baik dan benar… Maka saya selalu menantikan workshop yang diadakan oleh Pusbang Film (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Pengembangan Perfilman) untuk workshop soal film tentunya, karena saya ingin mempunyai dasar yang baik tentang perfilman, tidak hanya meraba-raba saja, atau mendapat dari tutorial semata dari internet saja. Tutor atau pengajar yang disiapkan oleh Litbang Film selalu yang terbaik kalau saya amati dengan mengikuti jejaringnya baik di FB maupun Instagram. Apalagi bidang artistik, tata kamera, tata suara, dan editing wah ini sangat menarik sekali. Saya yakin dengan mengikuti workshop perfilman tingkat dasar ini maka saya bisa mengajarkan sekaligus menularkan pembuatan film dengan basic yang lebih baik, lebih dalam, dan lebih detil lagi. Apalagi bisa bertemu pembuat film atau calon pembuat film dari seluruh
nusantara, wah itu adalah nilai yang tidak terkira. Insya Allah, Indramayu yang selama ini belum ada Festival Filmnya bisa membuatnya karena ada yang menyebarkan dasar filmnya dengan benar. Saya salah satu yang berada di lngkungan pendidikan SMK sekaligus penggiat teater atau film di sekolah bila ikut workshop ini selain ingin bisa berkarya juga ingin mendorong serta mengajak orang-orang di sekitar atau masyarakat Indramayu untuk membuat film yang baik dengan teknik yang benar.
Cita-cita yang ingin saya capai di dunia perfilman adalah dengan membuat film yang baik dengan teknik yang baik bersama-sama, terutama di Indramayu. Film tersebut bisa diputar di bioskop seluruh Indonesia atau pelosok, juga ke semua negara dengan membawa pesan kebaikan. Kegiatan komunitas perfilman pun harapannya bisa sering digelar di Indramayu, juga bekerjasama dengan komunitas film dengan daerah lain, atau negara lain. Ya, tentunya kegiatan menonton juga film akan makin sering, dan apresiasi masyarakat di Indramayu terhadap film semakin meningkat. Sehingga perfilman menjadi profesi yang terus terbuka dan maju pesat untuk semua kalangan masyarakat di pedesaan, terutama di Indramayu.
Industri perfilman di Indonesia semkain terus maju, terbukti dengan semakin meningkatnya jumlah film dan jumlah penonton. Dari beberapa film yang sukses diangkat dari novel, sampai film animasi 2D yang diangkat dari buku komik. Tapi bioskop masih jauh dari desa… Kami yang di Indramayu harus menempuh perjalanan satu jam dengan motor untuk mencapai Cirebon untuk menonton, karena di Indramayu tidak ada gedung bioskop. Makanya kami di sekolah membuat bioskop- bioskopan. Tapi perkembangan internet juga mempermudah menonton, tapi internet selalu ada dua sisi… Negatif dan positif. Film-film pendek pun mulai mendapat tempat di beberapa media, selain internet, juga kemunculan gadget lainnya misal penyedia konten provider, dan tentunya beberapa situs di internet. Harapan saya siy ada pengusaha bioskop di daerah seperti dulu yang kembali muncul… Dari bioskop lokal sampai gedung misbar (gerimis bubar)… Dan gedung bisokop ada di semua sekolah, karena di Indramayu baru satu atau dua sekolah saja yang mempunyai mini theatre. Salut buat Pusbang Film yang mempunyai kegiatan dengan bioskop keliling yang datang ke tiap sekolah, saya yakin dari berbagai kegiatan yang dibuat Pusbang Film, maka akan terus bermunculan virus membuat film, berkegiatan film, sehingga banyak karya film yang baik yang akan terus menuai prestasi dan tentunya mempercepat kemajuan industri perfilman Indonesia. Semangat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar